- Factor Internal
Yaitu factor yang ada dalam diri
siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang
turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian factor internal bisa
dibagi menjadi 2 macam factor pisik dan factor psikis.
- Factor fisik
Di dunia ini orang mempunyai bentuk
tubuh yang bermacam – macam. Ada yang tinggi ceking, ada yang pendek gemuk, dan
ada yang sedang antara tinggi dan besar badanya. Sudah jelas, masing - masing
mempunyai pengaruh tersendiri bagi perkembangan seorang anak.
- Factor psikis
Dalam hal
kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak pergaulan. Akan tetapi ada pula
yang selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka
menyendiri. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis.Untuk mampu
mempetimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi
dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah
mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
- Factor Eksternal
Yaitu hal –
hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
Factor eksternal dibagi menjadi 6 macam : factor biologis, physis, ekonomis,
cultural, edukatif, dan religious.
a.
Factor
biologis
Bisa
diartikan, biologis dalam konteks ini adalah factor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang anak pada awal
kehidupanya: Factor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari
pihak ibu dan ayah.
b.
Factor phyis
Maksudnya
adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan
alam, tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua
ini jelas membawa dampak masing – masing terhadap perkembangan anak – anak yang
lahir dan dibesarkan disana.
c.
Factor
ekonomis
Dalam proses
perkembanganya. Betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan
biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli alat –
alat sekolah. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang
dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”.
Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan
oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan
senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu,
maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan
dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
d.
Factor
cultural
Di Indonesia
ini saja dari aceh sampai Irian jaya, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus
kelompok masyarakat yang masing – masing mempunyai kultur, budaya, adat
istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkemangan anak – anak.
e.
Factor
educatif
Pendidikan tak
dapat disangkal mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak manusia. Malah
karena sifatnya berencana dan sering kali diusahakan secara teratur, faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya disbanding factor yang lain
manapun juga. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan
memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka
di masa yang akan datang.
Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada
norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
f.
Factor
religious
Sebagai
contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang
tidak menjadi kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang
memang tidak beragama sama sekali, ini adalah soal perkembangan pula,
menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor
penting yang mempengaruhinya.
g.
Factor
keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan
diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga
h.
Kapasitas
Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan
berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang
sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap
saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
Aliran –
Aliran Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
- Aliran Nativisme
Native, artinya mengenai kelahiran
atau pembawaaan, jadi aliran nativisme adalah paham yang menitikberatkan
pentingnya factor dasar yang dibawa sejak lahir, Menurutnya perkembangan-perkembangan
individu semata – mata dimungkinkan dan ditentukan oleh factor–factor yang
dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran itu keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri
Para pendukung nativisme, biasanya mempertahankan
kebenaran pandangan tersebut, yaitu dengan menunjuk berbagai kesamaan atau
kemiripan antara pihak orang tua dengan anak – anaknya. Kata mereka : kalau
ayahnya ahli musik maka anaknya ahli musik pula, anak pelukis akhirnya menjadi
pelukis, anak pelayan demikian juga, bahkan anak penjahat akan cenderung jahat
pula kelakuanya. Pepatah jawa menyatakan : “Kacang mongso ninggalno lanjaran” .
Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Sopenhauer (1788 - 1860) seorang filsuf
jerman. Aliran filsafat nativisme konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam.
- Aliran Empirisme
Emperis berarti “pengalaman”. Maka
emperisme maksudnya adalah: aliran yang mengutamakan peranan faktor pengalaman,
lingkungan, pendidikan, dan tidak mengakui peranan factor dasar atau pembawaan
sejak lahir.
Menurut kaum empiris, perkembangan individu itu semata
– mata dimungkinkan dan ditentukan oleh factor lingkungan, sedang factor
pembawaan tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama aliran empirisme
adalah John Locke (1632 -1704), seorang yang terkenal menganggap pendidikan
sebagai “maha kuasa” untuk mencetak manusia macam apa saja yang dicita -
citakan. Sehingga tak ayal lagi sebagai hujjah untuk membenarkan pandangannya,
pengikut aliran ini menunjuk pada pendidikan dengan segala fasilitas yang
tersedia, dalam menciptakan orang - orang besar caliber dunia.
- Aliran konvergensi
Dalam bahasa inggris converge
artinya memusatkan pada satu titik, atau bertemu . Maka bisa diartikan,
konvergensi adalah ’’titik pertemuan” Agaknya memang benar oleh karena
kehadiran aliran ini telah mempertemukan dua pandangan ekstrim, natifisme dan
emperisme. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871 - 1938),
sleorang filsuf dan psikolog Jerman, mengatakan bahwa perkembangan individu itu
dimungkinkan dan dipengaruhi oleh dua factor, pembawaan dan lingkungan keduanya
sama – sama penting, dan bisa diingkari satu oleh factor yang lain. Dengan
pembawaan saja tanpa lingkungan, anak manusia tidak akan berkembang. Sebaliknya
lingkungan saja tanpa pembawaan, ini juga tidak mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar